Cermin yang Berhenti Berbohong: Kisah Fanti, 26 Tahun, dan Kebaikan dari Satu Kebiasaan Kecil

Panggil aku Fanti, 26 tahun. Selama hampir dua tahun, cermin di kamarku adalah musuh bebuyutanku.
Setiap pagi, aku bangun dengan ritual yang sama: menyentuh pipiku, merasakan tekstur “gradas” yang tidak rata, dan menemukan “tamu baru”—jerawat meradang yang seolah muncul untuk mengejekku. Aku menderita breakout parah yang membuatku frustrasi.
Sebagai seorang profesional muda, makeup adalah sahabatku. Sedikit concealer di sana, blush on di pipi sini, dan aku merasa siap menghadapi dunia. Kuas makeup adalah tongkat sihirku, alat untuk meratakan blush on agar aku terlihat lebih segar dan menarik.
Tapi ada sebuah ironi yang tidak kusadari. Sesuatu yang konyol, tapi nyata.
Perang Melawan Jerawat dan Komedo
Aku menghabiskan jutaan rupiah. Sungguh. Serum Vitamin C di pagi hari, Retinol di malam hari, double cleansing setiap hari, facial sebulan sekali. Aku menyalahkan hormon, stres pekerjaan, bahkan debu di jalan. Aku mencoba diet bebas gula, minum 3 liter air sehari.
Kondisi kulitku? Tetap stagnan. Jerawat parah datang dan pergi sesukanya. Komedo menumpuk di hidung dan dagu, membuat tekstur kulitku terlihat kusam. Aku lelah.
Setiap kali aku mengaplikasikan makeup untuk menutupi jerawat, aku merasa seperti seorang penipu. “Untuk apa skincare mahal jika wajah tetap begini?” keluhku dalam hati.
Di meja riasku, ada sebuah cangkir cantik berisi belasan kuas makeup. Kuas blush on favoritku memiliki noda pink kecoklatan yang sudah mengeras. Kuas foundation-ku kaku. Aku selalu berpikir, “Ah, nanti saja dicuci. Masih bisa dipakai.”
Aku malas. Aku menyepelekan. Aku tidak tahu bahwa di dalam bulu-bulu kuas yang “masih bisa dipakai” itu, aku sedang membiakkan peternakan monstert.
Titik Balik: Infeksi dan Alergi
Suatu hari, semuanya memuncak.
Aku baru saja pulang dari acara penting. Wajahku terasa panas, gatal, dan perih di beberapa titik. Ini bukan jerawat biasa. Pipiku memerah (reaksi alergi) dan beberapa jerawat lamaku terasa nyeri (risiko infeksi).
Malam itu, aku menangis saat membersihkan wajah. Aku merasa gagal.
Sambil putus asa, aku membuka laptop dan mulai mencari… lagi. Tapi kali ini, aku tidak mencari “serum jerawat terbaik”. Aku mencari, “kenapa jerawat tidak sembuh-sembuh.”
Lalu aku menemukannya. Sebuah artikel. Tentang bakteri Staphylococcus dan Streptococcus. Tentang tumpukan sel kulit mati, minyak, dan sisa makeup yang menyumbat pori. Bukan di wajah, tapi di… kuas makeup.
Aku menatap cangkir kuas di meja riasku. Tiba-tiba aku merasa jijik.

Bakteri. Sel kulit mati. Minyak. Komedo. Jerawat. Infeksi.
Semua jawaban dari masalahku ada di sana. Aku tidak sedang merias wajahku. Aku sedang “mengoleskan” bakteri dan kotoran ke pori-poriku yang sudah meradang, setiap hari.
Ritual Kebaikan yang Mengubah Segalanya
Malam itu juga, aku mengambil semua kuas makeup-ku dan membawanya ke wastafel.
Ini bukan lagi “cucian kotor”. Ini adalah “ritual pembersihan”.
Aku melihat air yang tadinya bening berubah menjadi keruh coklat. Aku melihat sisa-sisa blush on dan foundation luntur. Aku membersihkannya dua-tiga kali sampai busanya benar-benar putih bersih.
Minggu depannya, aku melakukannya lagi. Dan minggu depannya lagi.
Aku menjadikan ini kebiasaan. Satu kebiasaan baik yang rutin kulakukan setiap hari Minggu sore. Tidak ada negosiasi.
Dan keajaiban itu terjadi. Perlahan, tapi pasti.
Bulan pertama, peradangan hebat di pipiku mereda. Bulan kedua, “tamu baru” di pagi hari semakin jarang kutemui. Bulan ketiga, tekstur “gradas” akibat komedo mulai menghalus.
Hari ini, enam bulan kemudian, Fanti yang berumur 26 tahun menatap cermin. Kulitku tidak sempurna, tapi kulitku sehat. Bekas jerawat masih ada, tapi jerawat aktifnya sudah pergi.
Aku tidak membeli serum baru. Aku tidak mengubah pola makanku (meski seharusnya!). Aku hanya melakukan satu hal: mencuci kuas makeup-ku.

Aku terbebas dari jerawat parah, komedo, dan iritasi, “hanya” dengan mengubah satu kebiasaan kecil.
Ternyata, solusi untuk masalah terbesarku bukanlah sesuatu yang mahal atau rumit. Solusinya adalah kebaikan kecil yang konsisten untuk diriku sendiri—memastikan bahwa alat yang menyentuh wajahku setiap hari, adalah alat yang paling bersih.

Beauty Bestie, kapan terakhir kali kamu mencuci kuas makeup-mu? Jangan tunggu sampai terlambat seperti aku. Mulailah kebaikan kecilmu hari ini.






